LigaFox - White Label Betting Terbaik & Terpercaya Di Indonesia

LigaFox - White Label Betting Terbaik & Terpercaya Di Indonesia
LigaFox

Minggu, 01 Oktober 2017

Rise of the Tomb Raider

 ligafox

LigaFox - Review Rise of the Tomb Raider

Seri Tomb Raider seolah mendapatkan jiwa baru sejak Crystal Dynamics memutuskan untuk menekan tombol reebot pada tahun 2013 silam. Agen Judi Terpercaya Elemen puzzle yang dulu merupakan hal dominan pada seri Tomb Raider digantikan dengan action penuh mesiu dan beragam aksi yang terkadang cukup sadis. Formula yang sama kembali diterapkan pada sekuelnya, Rise of the Tomb Raider, yang pertama kali rilis di console Xbox 360 dan Xbox One pada November 2015 lalu.

Sebagai seorang gamer yang telah mengenal Lara Croft sejak dadanya masih berbentuk segitiga, saya tentu tidak melewatkan kesempatan emas saat Rise of the Tomb Raider akhirnya tersedia di PC. Setelah menamatkannya, saya bisa bilang bahwa waktu dua puluh jam lebih yang saya habiskan mengikuti petualangan Lara Croft kali ini sangat sepadan dengan kualitas pengalaman bermain yang saya dapatkan. Mengapa saya bisa berpendapat begitu? Simak selengkapnya di bawah!

Kebangkitan Sang Penjelajah Makam


Setelah Lara berhasil selamat dari tragedi di pulau Yamatai pada seri sebelumnya, ia masih dihantui oleh rasa penasaran terhadap peristiwa supernatural yang menimpa dia di pulau tersebut. Rasa penasaran membuatnya berpaling pada catatan eksplorasi tentang makam nabi dari Konstantinopel yang ditinggalkan mendiang ayahnya.

Perjalanan perdana yang ia lakukan sebagai penjelajah makam tidak berjalan mulus. Segerombolan paramiliter yang menyebut diri mereka sebagai Trinity mengganggu usaha Lara untuk menguak misteri tentang kehidupan kekal sang nabi. Namun, suatu simbol yang ia lihat saat berusaha menyelematkan diri dari gempuran Trinity membawa ia pergi ke dataran beku Siberia, tempat di mana kejutan lain telah menantinya.

Presentasi Mewah

Bila biasanya saya membahas tentang gameplay terlebih dahulu saat mengulas sebuah game, maka izinkan saya untuk memulai ulasan ini dengan membahas presentasi Rise of the Tomb Raider. Hal ini semata-mata karena kemewahan presentasinya yang memanjakan indera mata dan telinga.

Pegunungan tandus di Syria maupun dataran tinggi di Siberia ditampilkan dengan sangat memesona. Saya bisa melihat lembaran daun di pepohonan, es berkilau saat terpapar cahaya, pasir yang berhembus di gunung, hingga guratan pada stalaktit dengan jelas.

Lembah Siberia di mana Lara bertualang terlihat sangat hidup dengan kehadiran beragam fauna yang berkeliaran. Semuanya terlihat natural dan menunjukkan kelas Crystal Dynamics sebagai developer AAA.

Saya bahkan belum membicarakan tentang detail dari setiap karakter. Tampilan Lara maupun tokoh-tokoh lainnya di dalam game terlihat sangat riil. Kamu dapat melihat pori-pori kulit setiap karakter saat kamera di dalam game mengambil sudut close-up. Tidak mengherankan bila beberapa teman yang melintas salah mengira bahwa saya sedang menonton film ketika bermain Rise of the Tomb Raider.

Visual fantastis tersebut dilengkapi dengan sulih suara serta efek lainnya yang terdengar autentik. Camilla Luddington, aktris asal Inggris yang ikut tampil dalam serial TV Grey’s Anatomy, kembali dipercaya untuk mengisi suara dan berperan sebagai Lara Croft. Efek suara yang terdiri dari kicauan burung, gemericik air, hingga letupan senjata maupun ledakan bom molotov, membuat seolah-olah saya sendiri yang sedang berada di medan pertempuran Siberia.

Bila kamu merasa bahwa Tomb Raider sebelumnya telah menghadirkan mekanisme yang cukup kompleks, maka siap-siap disibukkan dengan ragam aktivitas yang dapat dilakukan dalam Rise of the Tomb Raider. Crystal Dynamics membawa mekanisme skill tree, crafting, maupun misi sampingan di seri sebelumnya ke level yang lebih tinggi dengan menghadirkan beragam inovasi.

Kemampuan Lara yang dapat ditingkatkan seiring dengan perolehan EXP kini menjadi semakin komprehensif. Kamu akan dihadapkan pada ragam skill yang berjumlah lebih banyak. Setiap set skill yang dimiliki Lara memiliki keterkaitan khusus yang dapat dibentuk sesuai dengan gaya bermain masing-masing orang.

Sistem crafting yang hadir pun semakin kompleks dengan kebutuhan material yang beraneka ragam. Kehabisan mata panah? Kamu bisa mengumpulkan ranting kering serta bulu unggas untuk membuatnya kembali. Ingin meningkatkan kapasitas penyimpanan amunisi? Lengkapi dulu kebutuhan kulit rusa serta item lainnya guna membuat kantong peluru. Keanekaragaman sumber daya yang dapat diambil di lokasi membuat saya tidak pernah bosan ketika melakukan eksplorasi.

Satu fitur menarik yang terdapat di Rise of the Tomb Raider adalah kemampuan Lara untuk berganti pakaian. Lara dapat mengenakan baju hangat, mantel tebal, hingga zirah pelindung bergaya Yunani kuno. Beberapa kostum memiliki kemampuan khusus yang membantu perjuangan Lara menaklukkan medan berat. Walau beberapa pakaian terkesan cukup absurd, namun semuanya masih dalam batas wajar tanpa mengumbar sensualitas Lara secara berlebihan.

Bicara tentang misi sampingan, Rise of the Tomb Raider menghadirkan ragam kegiatan yang selalu menarik untuk diikuti. Kamu dapat menerima misi sampingan dari penduduk sekitar yang sangat beragam, mulai dari memburu jenis burung tertentu, hingga membebaskan tawanan dari sekelompok paramiliter. Setiap misi yang diselesaikan akan memberikan Lara sebuah item spesial yang tidak bisa dibuat sendiri ataupun dibeli.

Luasnya dataran Siberia yang dieksplorasi Lara sangat mengundang setiap pemainnya untuk mengunjungi kembali daerah yang telah dilewati demi mendapatkan semua artefak maupun menaklukkan tomb. Untungnya, fitur Fast Travel yang membuat Lara dapat berpindah dari satu checkpoint ke lokasi lainnya kembali hadir dalam Rise of the Tomb Raider.

Kamu dapat berpindah ke lokasi yang jauh dalam sekejap dengan mengunjungi checkpoint terdekat. Rentang yang terdapat antar lokasi checkpoint juga tidak terlalu jauh karena dapat dicapai dalam waktu beberapa menit saja. Bila kamu ingin berlari dengan cepat pun, tersedia fitur sprint yang dapat membuat Lara berlari kencang tanpa harus takut kehabisan nafas.

Perjalanan Lara di sepanjang perjalanan tidak pernah jauh dari usaha melumpuhkan lawan. Walaupun hanya seorang diri saat menghadapi musuh yang berjumlah ratusan, Lara memiliki kemampuan layaknya seorang Rambo yang mampu menerjang medan pertempuran secara frontal dan tetap selamat di akhir baku tembak.

Untuk tantangan yang lebih seru, kamu bisa mencoba menyelinap ke pos musuh secara sembunyi-sembunyi. Lara memiliki keahlian inflitrasi layaknya seorang ninja yang mampu mengendap-endap dan melumpuhkan target dengan senyap. Bila kamu berhasil menetralisir musuh dengan hening, maka game juga akan memberikan tambahan poin EXP yang cukup banyak.

Kamu juga dapat memanfaatkan beragam benda yang tersebar di medan untuk melumpuhkan musuh. Terdapat tong berisi bahan bakar yang bisa meledak, tiang penyangga bangunan yang bisa dirobohkan, hingga botol-botol kosong yang bisa dimanfaatkan sebagai bom molotov. Semuanya membuat setiap aksi pertempuran dalam Rise of the Tomb Raider menjadi berlangsung seru dan menegangkan.

Kesimpulan

Semua hal yang terdapat dalam Rise of the Tomb Raider membuatnya sebagai sebuah game yang wajib dimainkan oleh penggemar seri Tomb Raider maupun gamer penggemar genre action. Aksi yang hadir sejak awal hingga akhir permainan mampu membuat saya terduduk di pinggir kursi sambil menikmati progres cerita yang cukup menarik, Agen Judi Terbesar.
Tantangan akan terasa semakin seru seiring peningkatan tingkat kesulitan di dalam game. Dengan kian rentannya Lara saat menerima tembakan, maka proses penyergapan yang kamu lakukan harus menjadi semakin taktis dan terencana.

Walau Rise of the Tomb Raider menyediakan mode Exploration sebagai alternatif permainan, namun mekanisme kartu dan tantangan di dalamnya menurut saya pribadi terasa kurang gereget. Kamu hanya diharuskan untuk menyelesaikan sebuah misi di lokasi tertentu, seperti melumpuhkan seluruh musuh atau menuntaskan tantangan dengan waktu tercepat. Pencapaian kamu akan dimasukkan ke dalam leaderboard dan dibandingkan dengan prestasi serupa dari para pemain Rise of the Tomb Raider di seluruh dunia, Agen Judi Terbaik.

Bagi kamu yang menginginkan tambahan konten, Crystal Dynamics telah menyediakan DLC yang tidak hanya bersifat menambah kostum, tapi juga memberikan misi sampingan maupun tomb baru. Walau Pesona Rise of the Tomb Raider lebih ditekankan pada pengalaman personal antara gamer dengan game, namun kualitas konten yang ada di dalamnya saya pikir sangat sepadan dengan harga dan sensasi yang akan kamu dapatkan selama permainan.


LigaFox - White Label | Online Betting | Terbaik dan Terpercaya | Indonesia

Far Cry Primal

 ligafox

LigaFox - Review Far Cry Primal Kenikmatan Sesaat

Setelah berbulan-bulan lamanya saya menunggu kehadiran sebuah game open world bergenre action dan adventure dengan perspektif orang pertama, akhirnya Ubisoft merilis iterasi terbaru dari Far Cry, yaitu Far Cry Primal. Dengan perasaan yang menggebu-gebu, saya menyalakan PS4 dan berencana menghabiskan seluruh waktu saya ketika di rumah memainkan game karya Ubisoft Montreal ini.

Dua puluh jam bermain, saya akhirnya menemukan sebuah game yang ingin disukai tapi tidak bisa. Meskipun saya akui Far Cry Primal adalah game yang menyenangkan untuk dimainkan, namun saya merasa masih terdapat beberapa ruang untuk membuat game ini jauh lebih baik.

Begitu Luas, Begitu Nyata

Far Cry Primal menjadikan kamu seorang anggota suku Wenja bernama Takkar. Kamu akan berusaha untuk bertahan hidup dan mengumpulkan sesama anggota lainnya di dunia keras bernama Oros pada era Mesolitikum, 10.000 SM. Selain suku Wenja, terdapat dua suku lain yang ingin menguasai Oros, yaitu Udam dan Izila. Merekalah yang akan menjadi musuh utama kamu dalam game ini.

Seperti plot Far Cry sebelumnya, ternyata kamu adalah orang yang terpilih secara ajaib dan ditakdirkan untuk membawa suku Wenja menuju kemakmuran dan kedamaian. Karena kekaguman dukun setempat akan kemampuanmu menaklukkan burung hantu, kamu dinobatkan menjadi seorang Beast Master.

Dari awal, Far Cry Primal sudah menyuguhkan saya dengan Oros yang begitu luas dan indah berkat kecanggihan Dunia Engine. Melihat grafis Far Cry Primal yang terasa nyata dan detail, bulu kuduk saya berdiri.Visualang memanjakan mata ini bahkan mampu membuat saya termenung, memikirkan betapa indahnya bumi kita sebelum dirusak oleh tangan-tangan manusia yang tidak bertanggung jawab.

Apabila sebelumnya kamu pernah bermain Far Cry 4, saya bisa katakan bahwa Oros sedikit lebih luas dari Kyrat. Bagi yang baru dengan game Far Cry, anggaplah Oros seluas Skyrim di game The Elder Scrolls atau Los Santos di Grand Theft Auto V. Namun, luasnya Oros bagi saya adalah pedang bermata dua. Di satu sisi, kamu akan puas bertualang dan berburu hewan-hewan purba, tapi di sisi lain menjadi hal yang menjengkelkan.

Jujur, saya begitu menikmati sepuluh jam pertama permainan dengan menjelajahi tempat-tempat unik dan misterius di Oros. Mulai dari desa yang seluruh penduduknya tewas oleh cakar dan taring besar harimau purba, hingga gua di bawah sungai yang ternyata menyimpan vegetasi nan indah. Kegiatan yang saya sukai adalah mendaki puncak tertinggi di Oros dan memandangi keelokannya selama beberapa menit, kemudian terjun ke danau di bawahnya.

Namun, Oros yang begitu luas membuat saya kerepotan untuk berpindah dari satu tempat ke tempat lain, meskipun sudah mengeksploitasi Fast Travel. Kamu memang bisa mengendarai harimau purba untuk bepergian dengan cepat dalam game ini, namun kamu baru mempelajari keahlian itu di tengah permainan. Alhasil, saya harus mengeksploitasi tombol L3 untuk membuat Takkar terus berlari supaya cepat sampai ke tempat tujuan.

Kamu dapat melihat totalitas tim Ubisoft Montreal dalam mengembangkan Far Cry Primal ini dari bagaimana mereka menciptakan bahasa fiktif untuk keseluruhan dialog. Mereka bahkan berkonsultasi dengan ahli linguistik dalam membuat tiga dialek berbeda untuk masing-masing suku.

Sambil menjelajahi Oros, kamu akan ditemani oleh alunan musik perkusi yang mencekam sehingga membuat jantungmu terus berdebar. Jason Graves, seorang komposer yang pernah terlibat dalam Dead Space, Tomb Raider, The Order: 1886, dan Until Dawn, benar-benar orang yang tepat untuk menggarap audio dalam Far Cry Primal.

Sayangnya, kebanyakan musik yang diputar oleh game ini tidak sesuai dengan apa yang saya harapkan ketika ingin bersantai menikmati keasrian Oros. Tentu saja musik mencekam dan membuat jantung berdebar adalah hal terakhir yang saya inginkan ketika sedang menyusuri keanggunan gunung batu dan ketenangan hutan.

Gaya Bertarung Primitif

Far Cry Primal masih memiliki elemen dan gaya bermain yang sama dengan para pendahulunya. Di dunia Oros yang luas, kamu akan menemukan berbagai jenis tumbuhan untuk meracik bom dan obat, hewan buas yang secara tiba-tiba menyerang kamu tanpa sebab, serta dua hingga tiga orang suku musuh yang berpatroli dengan gagah berani, padahal mereka berada di area suku Wenja.

Kamu masih bisa menguasai markas musuh untuk memperluas wilayah suku Wenja, mencari sumber daya untuk memperkuat persenjataanmu, dan menyelesaikan misi guna mendapatkan experience untuk meningkatkan kemampuan karakter. Namun, Far Cry Primal memiliki sentuhan baru di dalamnya, yaitu menaklukkan hewan buas.

Berbeda dengan Far Cry 3 dan Far Cry 4 di mana kamu hanya bisa memburu hewan buas untuk kulit dan dagingnya, Far Cry Primal memungkinkan kamu menjinakkan anjing liar, serigala, harimau, hingga beruang besar. Peliharaan ini nantinya akan menjadi partner kamu bertualang, mengambil alih markas musuh, dan memburu hewan lain termasuk mamut.

Kehadiran fitur penaklukan hewan jelas memberi angin segar pada serial Far Cry. Pasalnya, kini kamu memiliki variasi yang lebih luas untuk memulai pertarungan dengan suku Udam dan Izila. Kamu bisa menyuruh hewanmu bertindak sebagai pengalih perhatian selagi kamu mengendap-endap dari belakang dan melakukan Chained Takedown.

Karena Far Cry Primal mengambil latar waktu pada tahun 10.000 SM, seluruh senjata yang dapat kamu gunakan untuk bertarung adalah senjata jarak dekat primitif seperti gada dan tombak, serta busur panah tradisional sebagai satu-satunya senjata jarak jauh. Artinya, kamu tidak lagi bisa seenaknya mengambil alih markas musuh dengan membunuh setiap penjaganya menggunakan senapan jarak panjang secara diam-diam dari atas bukit.

Review Far Cry Primal | Ull

Apabila kamu merasa kurang percaya diri untuk menghadapi musuh secara langsung, Far Cry Primal memberikanmu seekor burung hantu pengintai yang mampu melemparkan Sting Bomb penuh dengan lebah mematikan, Berserk Bomb yang bisa membuat musuh saling membunuh, dan Fire Bomb yang mampu menyulut api untuk membakar markas mereka.

Satu hal yang saya sayangkan dari Far Cry Primal adalah sulitnya untuk melakukan stealth. Bukan karena NPC yang pintar, namun desain lingkungan memang tidak memadai untuk menginfiltrasi markas musuh secara sembunyi-sembunyi. Tidak seperti Far Cry 3 dan Far Cry 4 di mana tersedia begitu banyak bangunan dan tembok untuk bersembunyi, desain bangunan pada Far Cry Primal berbentuk gubuk-gubuk dan lebih terbuka. Dari sepuluh markas yang saya ambil alih, hanya satu yang berhasil diinfiltrasi secara diam-diam.

Meskipun demikian, menyerbu markas musuh menggunakan gada berapi ditemani dengan harimau purba masih terasa menyenangkan dan memberikan pengalaman baru dalam serial Far Cry. Oh ya, kamu juga harus mencoba mengambil alih markas menggunakan mamut sambil tertawa jahat.

Kesimpulan

Far Cry Primal adalah sebuah game dengan visualisasi yang menawan. Kemampuan Dunia Engine untuk menghasilkan grafis yang begitu nyata memang sudah tidak perlu kamu pertanyakan lagi. Tim Ubisoft Montreal mampu menerapkan suasana prasejarah dengan baik dalam iterasi terbaru Far Cry ini. 

Mekanisme bermain yang “primitif” benar-benar memberikan angin segar bagi para pemain Far Cry senior dan tetap menjadikan Far Cry Primal sebuah game yang patut dicoba. Bagian terbaik dalam Far Cry Primal tentu saja menjinakkan hewan buas dan menjadikannya partner berburu, meskipun saya masih berharap Far Cry Primal memperbolehkan saya menjinakkan mamut dan badak.

Namun, Oros yang terlalu luas dan misi yang kurang variatif, mungkin akan membuat kamu berharap segera menamatkan game ini. Semua kegembiraan yang kamu rasakan di awal permainan bisa saja pudar berganti dengan rasa bosan.

Misi sampingan sama sekali tidak terasa menantang dan itu-itu saja. Meskipun akhirnya kamu memutuskan untuk melanjutkan progres cerita dengan harapan mencari sesuatu yang baru, Far Cry Primal berpotensi membuat kamu kecewa.

Apabila definisi kamu terhadap Far Cry adalah game yang menonjolkan interaksi antara manusia dan alam, maka Far Cry Primal adalah iterasi terbaik atas bagaimana seharusnya serial ini dibuat. Namun dengan harga yang cukup mahal, saya tidak merekomendasikan game ini apabila kamu mencari sesuatu yang mampu membuatmu tenggelam dalam permainan selama puluhan jam. Kecuali, kamu memang mencari kesenangan sesaat.


LigaFox - White Label | Online Betting | Terbaik dan Terpercaya | Indonesia